Les privat | SD | SMP | SMA | guru ke rumah jakarta: guru les privat smp

Tampilkan postingan dengan label guru les privat smp. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru les privat smp. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Juni 2013

Cari Guru Les Privat ke Rumah yang Baik dan terpercaya Di Jakarta

Zigma les Private Penyedia Guru les Privat datang ke rumah 

Selamat datang di website Kami

Tahun ajaran baru 2013/2014 segera bergulir dengan berlakunya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013,

Kurikulum baru 2013 akan di laksanakan pada Tahun ajaran baru 2013/2014. Semua sekolah dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum pendidikan terbaru ini namun untuk beberapa sekolah yang tidak di tunjuk oleh dinas, harus mengeluarkan biaya sendiri untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan kurikulum baru 2013.

Untuk sekolah yang di tunjuk biasanya adalah sekolah yang berakrediasi A dan B berikut adalah Daftar Nama Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013 SD, SMP, SMA :

NoProvinsiSDSMPSMASMKJumlah
1DKI JAKARTA72319055248
2JAWA BARAT257133228252870
3JAWA TENGAH347206148177878
4DI. YOGYAKARTA64292923145
5JAWA TIMUR4692222121501.053
6A C E H41473011129
7SUMATERA UTARA106507233261
8SUMATERA BARAT163663414277
9R I A U37342813112
10J A M B I362922592
11SUMATERA SELATAN64334113151
12LAMPUNG82554119197
13KALIMANTAN BARAT372519788
14KALIMANTAN TENGAH24146246
15KALIMANTAN SELATAN47301618111
16KALIMANTAN TIMUR50332327133
17SULAWESI UTARA62351510122
18SULAWESI TENGAH25137247
19SULAWESI SELATAN132643028254
20SULAWESI TENGGARA27167252
21MALUKU18115135
22B A L I74462947196
23NUSA TENGGARA BARAT4324191298
24NUSA TENGGARA TIMUR26157250
25PAPUA361611669
26BENGKULU333016685
27MALUKU UTARA974222
28BANTEN82384653219
29BANGKA BELITUNG362213980
30GORONTALO35258674
31KEPULAUAN RIAU241361053
32PAPUA BARAT1684432
33SULAWESI BARAT24164246

Jumlah2.5981.4361.2701.0216.325

Untuk lebih lengkap silahkan akses ke alamat http://kurikulum.kemdikbud.go.id/sasaran

Untuk sekolah SMA di Jakarta yang sudah siap melaksanakan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut
SMAN 69 Jakarta
SMAN 68 Jakarta
SMAS BUDI MULIA JAKARTA
SMAS KRISTEN 3 PENABUR JAKARTA
SMAN 1 JAKARTA
SMAS SANTA URSULA
SMAN 5 JAKARTA
SMAN 10 JAKARTA
SMAN 7 JAKARTA
SMAS KANISIUS JAKARTA
SMAN 4 JAKARTA
SMAN 35 JAKARTA
SMAN 25 JAKARTA
SMAN 13 JAKARTA
SMAS KRISTEN 5 BPK PENABUR
SMAN 45 JAKARTA
SMAN 72 JAKARTA
SMAS JUBILEE
SMAS ISLAM AL-AZHAR KELAPA GADING
SMAS METHODIST JAKARTA
SMAS TARAKANITA 2
SMAN 111 JAKARTA
SMAN 52 JAKARTA
SMAN 75 JAKARTA
SMAN 83 JAKARTA
SMAN 92 JAKARTA
SMAN 78 JAKARTA
SMAS 1 BARUNAWATI
SMAS REGINA PACIS
SMAS YP BDN
SMAN 84 JAKARTA
SMAN 94 JAKARTA
SMAS DIAN HARAPAN
SMAS 1 KRISTEN BPK PENABUR
SMAS 1 YADIKA
SMAS 13 MUH.
SMAS BUNDA HATI KUDUS
SMAN 65 JAKARTA
SMAS 2 TARSISIUS
SMAS 4 KRISTEN PENABUR
SMAS BUDI MURNI 2
SMAS KATOLIK ABDI SISWA
SMAS KRISTEN IPEKA TOMANG
SMAS NOTRE DAME
SMAS KATOLIK RICCI
SMAS TRINITAS JAKARTA
SMAS ISLAM AL-AZHAR 1 JAKARTA
SMAN 6 JAKARTA
SMAN 66 JAKARTA
SMAN 8 JAKARTA
SMAN 60 JAKARTA
SMAN 28 JAKARTA
SMAN 38 JAKARTA
SMAN 49 JAKARTA
SMAN 55 JAKARTA
SMAN 29 JAKARTA
SMAN 3 JAKARTA
SMAN 37 JAKARTA
SMAN 26 JAKARTA
SMAN 97 JAKARTA
SMAN 47 JAKARTA
SMAN 63 JAKARTA
SMAN 70 JAKARTA
SMAN 86 JAKARTA
SMAN 46 JAKARTA
SMAN 109 JAKARTA
SMAN 34 JAKARTA
SMAS LAB SCHOOL JAKARTA
SMAN 105 JAKARTA
SMAN 113 JAKARTA
SMAN 42 JAKARTA
SMAN 81 JAKARTA
SMAN 99 JAKARTA
SMAN 67 JAKARTA
SMAN 71 JAKARTA
SMAN 21 JAKARTA
SMAN 22 JAKARTA
SMAN 31 JAKARTA
SMAN 48 JAKARTA
SMAN 54 JAKARTA
SMAN 53 JAKARTA
SMAN 100 JAKARTA
SMAS GLOBAL ISLAMIC SCHOOL
SMAN 103 JAKARTA
SMAN 14 JAKARTA
SMAN 44 JAKARTA
SMAN 51 JAKARTA
SMAN 93 JAKARTA
SMAN 61 JAKARTA
SMAN 58 JAKARTA

Untuk meningkatkan prestasi belajar memanggil guru les datang ke rumah untuk jenjang SD SMP SMA 

Ya, dengan mendatangkan guru les privat matematika , guru les fisika, kimia , bahasa inggris  ke  rumah siswa bisa dapat lebih fokus belajar dan terbimbing dengan baik

Senin, 14 Januari 2013

Kurikulum 2013 dalam wacana - guru les privat sd smp sma ke rumah jakarta


guru les privat sd, guru les privat smp, guru les privat sma, guru privat sd smp sma ke rumah jakarta
KURIKULUM 2013: Merencanakan Kegagalan Pendidikan (Lagi)
Saat ini Kemendikbud sedang menyusun Kurikulum baru yang bakal digunakan pada tahun 2013. Uji publik juga sudah dimulai. Upaya ini dilakukan sebagian sebagai respons atas tawuran pelajar dan mahasiswa yang marak, dan sinyalemen keras bahwa kurikulum kita saat ini overloaded, terlalu banyak mata pelajaran yang disajikan di sekolah. Kemudian mata pelajaran IPA dan IPS dihapus di SD, dimasukkan secara tematik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Agama, atau Kewarganegaraan.  Disinyalir jumlah mata pelajaran yang terlalu banyak  telah menyebabkan pembelajaran dangkal, bukan mendalam. guru les sd ke rumah, guru les smp ke rumah, guru les sma ke rumah
Dalam draftnya, kurikulum baru ini dikembangkan sebagai bagian dari strategi pengembangan pendidikan tiga dimensi. Dimensi pertama adalah peningkatan efektifitas belajar. Kurikulum dan pelaksananya, yaitu guru, menjadi kunci. Dimensi kedua, meningkatkan lama tinggal di sekolah hingga jenjang SMU melalui program Pendidikan Menengah Universal, atau program Wajib Belajar 12 tahun. Yang ketiga adalah menambah jam belajar di sekolah hingga sore hari. Ketiga strategi ini tentu perlu kita apresiasi. Tulisan pendek ini bermaksud memberi catatan kritis atas strategi tersebut. www.gurulesprivat-kerumah.blogspot.com
Catatan pertama, ketiga dimensi strategi tersebut saling berkaitan, bukan besaran yang berdiri sendiri. Harus dikatakan bahwa dimensi pertama sesungguhnya adalah strategi yang paling menentukan. Dalam banyak kasus, dimensi kedua dan ketiga justru bisa menghambat dimensi yang pertama. Ini telah ditunjukkan oleh Ivan Illich sekitar 40 tahun yang lalu dan bisa kita amati secara empiris di sekitar kita saat ini : semakin banyak sekolah, semakin lama bersekolah, semakin besar anggaran pendidikan, semakin banyak sarjana, tapi masyarakat tampaknya tidak semakin terdidik.
Kedua, ada asumsi yang kuat bahwa dimensi kedua, yaitu, semakin lama bersekolah (hingga jenjang sekolah menengah) semakin baik. Lalu semakin lama di sekolah (pulang sore) (dimensi ketiga) juga semakin baik. Asumsi ini hanya valid bila dimensi pertama valid, artinya, pembelajaran terjadi secara efektif. Jika asumsi ini tidak valid, semakin lama seorang murid bersekolah dan di sekolah hingga sore hari, justru semakin buruk akibatnya bagi dirinya. Asumsi-asumsi ini sangat dipengaruhi oleh schoolism yang mereduksi pendidikan sebagai persekolahan belaka.
Strategi dimensi kedua dan ketiga yang lebih bersifat kuantitatif relatif lebih mudah melaksanakannya. Persoalannya hanya ketersediaan anggaran. Semakin besar anggaran, semakin baik.  Sementara dimensi pertama yang lebih kualitatif jauh lebih sulit.  Untuk dimensi pertama inilah, praktek pendidikan kita selama ini kedodoran. Artinya proses pembelajaran di banyak sekolah kita tidak berlangsung efektif : tidak membangun karakter dan kompetensi-kompetensi kunci yang diperlukan agar hidup sehat dan produktif.
Kedodoran itu dibuktikan dengan otak-atik kurikulum yang dilakukan selama ini, termasuk upaya pengembangan kurikulum 2013 saat ini. Kedodoran itu diperparah oleh guru yang tidak kompeten dan budaya sekolah yang tidak meritokratik sebagai pelaksana kurikulum yang mengubah kurikulum yang direncanakan menjadi kurikulum yang terlaksana.
Pada akhirnya pendidikan yang baik tergantung bagaimana murid belajar sebagai sebuah proses memaknai pengalamannya sehari-hari. Proses memaknai pengalaman itu kemudian ditunjukkan oleh perubahan sikap dan praktek kehidupan sehari-hari yang diteladankan guru dan dibudayakan di sekolah. Sesederhana ini sebenarnya apa yang bisa kita harapkan dari pendidikan : memperbaiki praktek kehidupan sehari-hari, bukan untuk menjuarai lomba-lomba sains, atau lulus Ujian Nasional.
Perbaikan mutu pendidikan ini dengan demikian sesungguhnya tergantung pada kualitas guru dan budaya sekolah di mana murid mengalaminya sebagai bagian dari kehidupannya sehari-hari, bukan sekedar menjelang ujian-ujian. Jika kualitas guru seburuk saat ini, dan budaya sekolah sebirokratis saat ini, lama bersekolah justru semakin menggerogoti kemandirian dan imajinasi, bahkan juga mengasingkan murid dari kehidupan nyata sehari-hari. Sekolah menjadi ladang pembantaian inovasi, tempat yang pengap bagi beragam ekspresi multi-ranah multi-cerdas murid-muridnya.
Yang kita butuhkan saat ini bukan perubahan kurikulum, tapi perubahan guru dan budaya belajar. Guru harus menjadi sosok yang mandiri dan teladan manusia merdeka yang tidak mudah diintimidasi oleh birokrat.pendidikan dan wali murid. Pembinaannya harus dilakukan oleh organisasi profesi guru, bukan oleh Pemerintah. Guru tidak boleh dipandang lebih sebagai pegawai, tapi sebagai profesional yang bekerja dengan berpedoman pada kode etik guru.
Budaya belajar dapat dikembangkan dengan sederhana. Mulailah dengan membangun budaya membaca yang sehat. Sediakan layanan perpustakaan yang baik, dengan koleksi buku yang bermutu, serta akses internet yang memadai hingga tingkat kecamatan. Kemudian hargai pengalaman dan praktek murid sehari-hari menjadi bagian dari diskusi kelas. Kembangkan budaya menulis, lalu beri kesempatan luas untuk berbicara. Begitulah budaya belajar di sekolah dibentuk. Jadikan sekolah sebagai tempat murid belajar, bukan sekedar tempat guru mengajar, dan statistik kelulusan ujian diukur untuk kepentingan birokrasi. les privat sd, les privat smp, les privat sma ke rumah
Di abad internet ini, belajar semakin tidak membutuhkan sekolah. Yang dibutuhkan adalah sebuah jejaring belajar (oleh Ivan Illich disebut learning web) yang lentur dan luwes. Murid bisa belajar di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.  Kurikulum, melalui guru, harus menyesuaikan murid, bukan sebaliknya.  Dalam perspektif ini, kita tidak membutuhkan Kurikulum Nasional. Kita butuh standar nasional yang bersifat generik.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebenarnya sudah cukup baik, namun tidak terlaksanakan oleh guru yang kompeten yang berani secara kreatif merancang proses pembelajaran yang paling sesuai bagi murid-muridnya. Saya khawatir ikhtiar Kemendikbud kali ini akan sia-sia (lagi) dan Kurikulum 2013 akan menjadi perencanaan kegagalan pendidikan dan kita bakal menuai tagihan demografi, bukan bonus demografi.***
sumber : http://www.bincangedukasi.com/kurikulum-2013-daniel-rosyid.html